Cuaca Buruk Tunda Evakuasi Korban Sriwijaya Air Hari ke-10

Penyelam profesional Indonesian Divers Rescue Team (IDRT) dan tim
Penyelam profesional Indonesian Divers Rescue Team (IDRT) dan tim

MIMBARPUBLIK.COM, Jakarta – Operasi SAR korban Sriwijaya Air pada hari kesepuluh, mulai dihadang cuaca yang kurang bersahabat.

Cuaca di lokasi tempat jatuhnya pesawat Perairan Sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kec. Kep. Seribu Selatan, mulai hujan besar dan gelombang tinggi.

Komandan Kompi Basarnas Special Group (BSG) Charles Batlanjery menginformasikan, sorti penyelaman pertama yang biasanya dimulai jam 8 pagi ditiadakan.

“Penyelaman pertama dibatalkan, kita tunggu cuaca agak reda jika mungkin untuk melanjutkan penyelaman,” katanya di atas kapal KN Wisnu, Senin (18/1/21).

Lima belas Penyelam profesional Indonesian Divers Rescue Team (IDRT) yang sudah bersiap menyelam memanfaatkan waktu dengan mengecek dan membersihkan peralatan selamnya.

“Kami menservice sendiri peralatan yang dibawa, untuk kerusakan kecil akibat operasi ini,” kata Aiptu Yanis Bawengket, S.H.,M.M, anggota IDRT yang bertugas SPN Polda Sulut.

Yanis adalah anggota IDRT angkatan pertama yang terlibat operasi SAR bawah air sejak tenggelamnya KM Putri Krakatoa di Selat Sunda, Banten, tahun 2013 silam. 

Mantan anggota Satlat Brimob Polri terpanggil kembali jiwa sosialnya, mengikuti operasi Sriwijaya Air dengan mengorbankan hak cutinya. 

“Cuaca buruk dan jarak pandang buruk, itu kondisi yang senantiasa dihadapi operasi bawah air.  Penilaian resiko dan pembatalan penyelaman, memang harus diambil,” tuturnya. 

Sampai hari kesepuluh ini, tinggal Kapal. KN Wisnu yang masih berada di lokasi. Kapal-kapal lainnya telah kembali ke pelabuhan. 

IDRT adalah relawan penyelam profesional yang peduli dengan keselamatan dan operasi SAR bawah air. Sejak 10 tahun terakhir selalu menjadi mitra strategis Basarnas.

Penulis : tata