Warga Kepri Banyak Berobat ke Malaysia, Wirya Sebut KEK Kesehatan Batam Jadi Solusi

Anggota Komisi IV DPRD Kepulauan Riau, Wirya Putra Silalahi usai mengikuti rapat paripurna penyampaian KUA-PPAS APBD 2024 di Aula Wan Seri Beni, Dompak, Senin (31/7/2023).

MIMBARPUBLIK.COM, Batam – Anggota Komisi IV DPRD Kepulauan Riau, Wirya Putra Silalahi menyoroti banyaknya warga Kepri yang berobat ke negeri jiran Malaysia dan Singapura.

Diketahui, setiap tahunnya, Rp300 miliar duit warga Kepri mengalir ke Malaysia setiap tahunnya, jumlah ini belum termasuk Singapura.

Tingginya minat warga Kepri berobat ke luar negeri membuat bisnis kesehatan di Malaysia meningkat hingga 700 persen

Wirya mengatakan, pemerintah saat ini tengah menggesa pembangunan fasilitas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang kesehatan di Kota Batam.

Tak tanggung-tanggung, nilai investasi di kawasan ini diperkirakan mencapai Rp3,3 triliun.

“Supaya mengurangi orang berobat ke Malaysia dan Singapura,” katanya, Senin (31/7/2023).

Politisi NasDem itu menerangkan, dengan KEK kesehatan, Batam akan menjadi salah satu tujuan warga Indonesia untuk berobat.

Nantinya, di kawasan itu pemerintah akan menyiapkan fasilitas yang lengkap beserta tenaga kesehatannya.

“Batam ini akan menjadi salah satu tujuan berobat di Indonesia. Akan dikembangkan peralatan dan dokter yang lengkap,” terangnya.

Wirya berharap, nantinya Pemprov Kepri dapat bersinergi bersama BP dan Pemko Batam untuk memobilisasi warga Kepri berobat ke KEK kesehatan Batam.

Ia optimis, kebocoran anggaran ke luar negeri akan berhasil ditekan, jika seluruh warga sakit berobat ke Batam.

“Kalau itu sudah dibentuk itu, Pemprov Kepri tentu harus mendukung dan bersinergi dengan BP dan Pemko Batam,” tambahnya.

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Muhammad Bisri menyampaikan bahwa Kepri kekurangan 102 dokter spesialis pada tahun 2023.

“Kepri itu kurang 102 spesialis, data awal tahun 2023,” katanya, Kamis (13/7/2023).

Untuk menutupi kekurangan itu, Pemprov Kepri telah menyekolahkan dokter spesialis.

Ia memperkirakan kekurangan itu baru akan terpenuhi pada lima tahun mendatang.

“Spesialis rata-rata sekolah dikirim instansi, mereka belajar selama lima tahun. Saya yakin dalam lima tahun akan terpenuhi lah,” ujarnya.

Bisri menambahkan, setiap tahunnya, Rp300 miliar duit warga Kepri mengalir ke Malaysia hanya untuk berobat.

Warga Kepri tertarik berobat ke Malaysia akibat pelayanan yang cepat meskipun biayanya mahal.

“Harga lebih mahal, mungkin karena kecepatan pelayanannya, daftar langsung dapat jadwal,” jelasnya.