Kepala Puskesmas Bontonompo II Angkat Bicara Terkait Tuduhan Petugas NAR Yang Dianggap Keliru

Jumpa pers Kepala Puskesmas Bontonompo II Gowa Nursyamsi,SKM.,M.Adm.Kes (foto/mimbarpublik)
Jumpa pers Kepala Puskesmas Bontonompo II Gowa Nursyamsi,SKM.,M.Adm.Kes (foto/mimbarpublik)

MIMBARPUBLIK.COM, Gowa – Miskomunikasi merupakan hal yang umum terjadi dalam proses komunikasi tiap instansi.

Komunikasi dalam instansi melibatkan banyak orang baik dari lapisan atasan maupun bawahan. Seperti yang terjadi saat ini yang dialami oleh kepala puskesmas Bontonompo II.

Pasalnya, petugas NAR (Allrecord Covid-19) terjadi miskomunikasi dengan kepala puskesmas Bontonompo II.

Nursyamsi,SKM.,M.Adm.Kes mengatakan bahwa petugas NAR (Allrecord Covid-19) Andi Riezka Andriana, S.Kep, Ns. Namanya masih tercatat di Tim Vaksinator dan penginput data dilingkungan unit pelaksana tehnik pusat kesehatan masyarakat Bontonompo II.

“Ia menganggap Insentif NAAT Itu juga insentif di NAR (ternyata berbeda) karena di NAAT itu adalah tim treacer yang bekerja bekerjasama dengan LS (Babinsa dan Binmas) dan menganggap tiba-tiba namanya digantikan,” ungkap Nursyamsi saat jumpa Pers di Kafe 36 jl.Masjid Raya, Tombolo, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa

Nursyamsi mengatakan bahwa itu tidak benar, Menurutnya nama petugas tersebut masih ada cuma diinsentif covid untuk nakes dan namanya tetap diNAR, hanya bergeser kebawah lantaran adanya nama petugas lain masuk, selain itu insentif NAAT  (Nucleic Acid Amplification Test) / (Rapid Antigen/RDT) sendiri itu belum cair dan kalau pun cair petugas tersebut tetap menerima insentifnya,” tuturnya, Selasa 30 November 2021.

“Petugas saya salah paham pak,  nama petugas surveilens input data penerima insentif NAR (Recorder Covid-19) namanya tetap ada dan hak insentifnya juga pasti akan diterima namun insentif itu belum cair sejak ia melapor,” terang Nursyamsi.

Lebih Lanjut Nursyamsi mengatakan bahwa dirinya akan melakukan rapat dan duduk bersama agar petugasnya tidak lagi terjadi kesalahpahaman.

Miskomunikasi sendiri artinya bisa dijelaskan sebagai proses komunikasi yang berjalan secara kurang atau tidak baik.

Hal ini kemudian menyebabkan informasi yang disampaikan tidak berjalan sesuai dengan harapan.

Miskomunikasi terjadi karena berbagai faktor, seperti perbedaan persepsi antara pengirim informasi dan penerima informasi, perbedaan pengetahuan, pengalaman serta perbedaan gaya bahasa yang digunakan.

“Seringkali miskomunikasi ini diselesaikan dengan salah satu diantara kedua orang tersebut, dan harusnya bisa lebih berusaha memahami satu sama lainnya,” tutup Nursyamsi.